Ketulusanku telah kulukiskan di dasar hatimu
Sedari kau tak mengharap hadirku
hingga kini meski tiada pandanganmu jatuh
padaku
Kesetiaan janjiku tiada rapuh oleh makimu
hingga kini meski tiada hati yang terbuka untukku
hingga kini meski tiada hati yang terbuka untukku
Senangnya hati kala kau cumbui diriku
meski hanya seberkas bunga tidurku
Jiwa ini tenang kala kurasakan hangatmu
meski hanya mampu ku dekap selimut tidurmu
Asaku ingin bahagiamu
Meski tiada bisa kau terima pemberianku
Meski tiada hal yang pantas dariku untukmu
Kini kau terbaring kesepian nan pilu
Kegelapan telah meliputi pandanganmu
Tak peduli malang nan rapuhnya dirimu
Kemalanganmu tak mengubah pandanganmu
terhadapku
Aku hanya kelebihan dalam hidupmu
hanya menodai bahagiamu
Aku hanya kelebihan
yang kau beri kesempatan melihat dunia
Menghormatimu hanya itu yang ku lakukan
meski hanya kekejaman
kekerasan, keraguan, kesepian yang ku rasa
Aku mengerti, sangat paham
Aku hanyalah kelebihan
Aku hanya kelebihan, mengusik
hidupmu
Kemalanganmu tiada lain karena hadirku
Kini ku kembalikan bahagiamu, Ibu
Tiada lagi kegelapan dalam
pandangmu
Ku kembalikan jendela indah ini
padamu, Ibu
Kala kau kembali melihat duniamu
Meski kau kubur ingatanmu tentangku
Aku tidak menyesal
mengembalikannya, Ibu
Aku hanya kelebihan
yang mencoba menjadi
jendela duniamu
Gianyar, 26 Juni 2019
Filosofi:
Suatu malam saya
tertidur lebih awal dari biasanya, setelah lelah bertengkar dengan Bunda.
Pertengkaran kami kali ini tidak seperti biasanya, ada perasaan bersalah di
dalam hati, namun saya tetap teguh dengan kebenaran pendapat saya sendiri. Malam
itu saya bermimpi, seorang wanita berusia 20-an berjalan sendirian di hutan,
saya rasa dia hendak berkemah namun tersesat. Ketika hari mulai gelap, wanita
ini begitu ketakutan. Seorang pemuda datang menghampiri dengan langkah yang
tidak stabil. Ternyata pemuda itu mabuk, tidak mampu mengendalikan diri, dan
menodai wanita malang itu. Kejadiannya begitu cepat, saya ingin menolongnya,
namun diri saya seolah tertahan dan kejadian itu pun hanya bisa saya saksikan.
Beberapa waktu berlalu
ia pun sadar bahwa dirinya telah mengandung anak dari pemuda di hutan itu.
Wanita itu mencoba segala cara untuk mengakhiri kehamilannya, namun janin itu
bertahan hingga berhasil ia lahirkan dalam kondisi normal. Putri kecil
dibesarkan di dalam rumah wanita itu dengan kasih sayang asisten rumah tangga. Wanita
itu terlalu egois sehingga tiada sanggup memberi sedikit saja kasih sayangnya
kepada putri yang tidak berdosa itu, bahkan enggan untuk menyentuh ujung
rambutnya saja. Putri kecilnya kini sudah menjadi dewasa, setiap hari dia hanya
bisa tertidur dengan selimut bekas ibunya. Sebelum ibunya terbangun di pagi
hari, dia membuatkan sarapan, sampai mencuci pakaian kotor ibunya. Meski
tinggal dengan ibunya, dia tidak boleh terlihat sedikit pun di depan mata
ibunya. Saya yang menyaksikan saja, merasa hati ini telah tersayat ribuan kali.
Sampai suatu ketika,
kecelakaan mengerikan menimpa ibunya. Kakinya lumpuh, matanya buta. Hari itu
dalam sekejap suasana rumah menjadi hening, wanita malang itu ditinggalkan oleh
suaminya yang belum genap setahun menikahinya. Hanya tersisa putrinya yang
menahan isak tangis di sudut ruangan. Setiap hari dia melihat ibunya termenung
diatas kursi roda dengan tatapan kosong, dia hanya bisa berdoa untuk kesembuhan
ibunya. Gadis itu tampak teringat akan sesuatu, lalu menulis sebuah surat untuk
ibunya dan pergi meninggalkan ibunya. Beberapa hari kemudian ibunya berhasil
dioperasi mata dan dapat melihat kembali. Ada seseorang yang datang memberikan
selembar surat dengan tulisan yang indah. Satu kalimat yang saya ingat di surat
itu, “….semoga ini bisa menjadi kelebihan, bukan lagi kenangan menyakitkan
bagimu dan maaf putrimu yang tidak bisa menjadi kaki yang mampu membuatmu
berdiri lagi….”. Saya tidak tahu kemana perginya gadis itu, tetapi saya tahu
gadis itulah yang mendonorkan matanya untuk ibu itu.
Setelah terbangun dari
mimpi itu, saya menangis dan memohon maaf pada Bunda. Saya sadar diri saya ini
masih lebih beruntung dari gadis kecil yang bahkan tidak pernah merasakan
sentuhan ibunya itu.
Kardi Rahayu itulah nama saya, tinggal di Bali sedari kecil. Menulis merupakan hobi saya sejak SMA. Kelak, saya ingin menerbitkan tulisan saya agar bisa dibaca semua orang.
Jika kalian menyukai tulisan saya silahkan tinggalkan komentar dan apresiasi kalian di kolom komentar di bawah ini. Demikian pula apabila ada yang kurang dari karya saya, mohon diberikan komentar yang membangun. Jangan lupa di share juga ke teman-teman kalian ya!
Terima kasih pembaca cendekia ku!
Comments
Post a Comment
Saya mengharapkan kritik dan saran Anda demi kesempurnaan blog ini dan agar dapat dipergunakan sebagai referensi/pengetahuan tambahan sebagaimana mestinya.
Terima kasih.