Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

Dusta Perenggut Bahagia

Lelaki yang sama, kembali datang membawa harapan, menyambung kehangatan yang pernah hilang Tiada ragu kembali ku menaruh harap, padamu yang ku cinta Fajar berganti rembulan Semua hanya tentang kita Hadirmu, bak pengangkat semesta Membuatku menjadi manusia seutuhnya Waktu, rasanya tak ingin ku beranjak, melewati keindahan cinta ku bersamanya Kisah cinta, lelaki yang selalu ku banggakan Memudar kian menjauhi pandangan Menghilang tanpa jejak kabar Tiba waktunya kembali pulang, kewajiban menjadi alasannya menghilang Ku terima, ku percaya Tak lama waktu berselang Wanita itu datang membawa kabar Kenyataan menyakitkan Kau yang menduakan cinta kita dengan dia, yang dulu kau sebut kenangan Akankah ada hati yang tegar menerima, janji diatas ingkar Akankah aku hanyalah pelampiasan, penyejuk hatimu kala duka Bunga mawar merah, cokelat yang kau hadiahkan Masihkah kau ingat? Kini telah layu berguguran, mencair bersama kenan

Pelengkap Rumpang

Awal kita dipertemukan Kini menempuh jalan memisah Awal kita begitu singkat Kini berakhir menyakitkan Hati yang kau titipkan, hanya serpihan yang tersisa Mati membusuk, membuatku kesakitan Intuisi tak rela melepas, iba melihatku yang kesakitan, kini menyerah pada keadaan Akankah kau mengingatnya Dedaunan pohon rindang disana, kini telah mengering berguguran Rembulan, bintang bertebaran Siklus semesta masih sama, kita yang beda Kini kau telah, memandang matanya menggenggam jemari tangannya menjaga hati yang berbeda dia pengabul asa yang tak mampu ku kabulkan Aku masih mengejar, puzzle pelengkap rumpang Kebahagiaan keluarga, bahagiaku kemudian Jika nanti seseorang tiba Mencintaiku dengan caranya Jika nanti aku pun demikian Tiada ragu terasa, siapa pun dia Dia yang ku cinta, bukanlah pelarian Dia lah pelengkap rumpang, cinta beralasan, teman ku menempuh kehidupan Gianyar, 12 Mei 2020 Filosofi: Kisah i

Memutus Layangan

Usai badai ini bersama kenangan bayangan diri ku kikis habis tanpa sesal di hati Sangat disayangkan, ku akui Logika ku kini tak kan kalah dengan intuisi Cinta, mungkin ini pertama kali meski tiada lagi Aku mengerti Kau yang kini bukan kekasih hati Aku pahami Semua salahku, egois mematahkan hati Memulai usahaku satu persatu Memori penghambat itu berlalu Waktu, memang tidaklah sedikit yang ku perlu, untuk merelakanmu Kesedihan tentang mu, biarlah berlalu seiring waktu Melepas cinta, seumpama sengaja memutus layangan Ku rakit sedemikian rupa Susah, gundah, bahagia Ku terbangkan menyentuh angkasa Ketiadaan angin tak membuatku goyah berlama-lama Meski diriku sendiri merasa bosan Berkali-kali ku pertahankan, karena rasa percaya yang melebihi logika Melihat benang kian kusut menipis melepaskan dirinya Ku kejar, ku terlambat Kau telah jatuh begitu jauh, di atap gadis yang berbeda Aku bahkan tak mampu meneteskan air mata Berusaha

Dilema Hati

Hubungan kita kandas sudah begitu lama Kau dan aku menggenggam tangan yang berbeda Berharap obat ini mampu menenangkan, membuat ku lupa hingga hilang ingatan, tentangmu dan kerinduan Dia yang mencintaiku Menemani kala badai hati ini membelenggu Aku dan dia menjalin ikatan demi melupakanmu Apalah dayaku Perasaan yang kurasakan untukmu, lebih kuat dan nyata meski dia menemaniku Telah lama ku kunci hati, untukmu si penguasa hati Takdir tak bisa ku pungkiri, melepas pelukmu dari diri ini Pertanyaan dunia selalu ku hindari, siapa yang ku cintai? dirimu, penyulut lara hati yang telah lama pergi ataukah dia, sang pemulih jiwa ini Aku benci menyakiti Disakiti juga bukan inginku Bila dia ku miliki, berhari-hari menemani ku yang mencintaimu Akankah dia terisak sendiri tanpa ku tahu Bagaimana membebaskan rantai dilema ini, terikat erat menyesakkan hati Intuisi dan logika seakan membelah diri ini, menghakimi hati tanpa henti, s

Depresi Bukan Akhir

Ketakutan akan ketidakpastian, terkadang memenuhi pikiran Diri sendiri pun bertanya-tanya Rasa takut ini, perlu seberapa banyak Ini cukup membuatku gila Sebelumnya tiada jenuh bersemangat, percaya diri mengemudi semesta Belakangan mulai ku temukan, kenyataan mengambil kemudi ku, menarikku ke belakang Hari esok yang sebelumnya terbaca, kini menjadi kejutan Akankah menjadi riang, akankah mengutukku dalam kemalangan Kemudiku teralihkan Aku tak berdaya, duduk terpaku, tangan gemetar, mata terbuka Baik buruknya kejadian, tak terhindarkan Aku akan berada, di posisi kemudi utama Ku abaikan kesempatan bermanja derita, ketakutan akan aturan kaki tangan terikat Ku buat sarang sendirian, telah terpikir ini tidaklah mudah Sebelum menikmati manisnya gula, perlu ku rasakan tawarnya air dan segala bentuk kepahitan Apa pun yang menjadi pilihan, ku percaya inilah terbaik dari semua Komentar tidak menyenangkan, seolah cemeti terkuat

Semesta Kita

Dunia sebenarnya, mari aku tunjukkan Semua yang bersinar, berkilau, indah, redup, juga arti kegelapan Bukalah matamu dan rasakan Bersiaplah Dunia ku agak mengejutkan Kenyataan yang mengherankan Terlalu serakah bila tak ku bagikan Padamu kekasih tercinta Lihatlah, satu persatu ke segala penjuru arah Langit pagi ceria, langit siang menghangatkan langit sore menjingga, langit malam penuh bintang Taman sakura, ladang hijau menyejukkan Deru ombak pantai berteman angin lembut menyapa, menerpa rambut indahmu, menjelaskan dirimulah anugerah, dirimulah keindahan yang pernah hilang Kini kau kembali datang, dunia ku pun bersambut ria Tinggallah disini bersama Dunia lama mu, simpanlah di kantung kenangan Jangan paksa dirimu melupakan Semua dunia punya sisi kegelapan, dunia ku pun sebelumnya sama, tandus dan gelap Ku sadari tidaklah buruk jika berubah Sebelum sepenuhnya dunia tenggelam Kemana pun kau menjelajah, melambaikan tan