Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Dusta Perenggut Bahagia

Lelaki yang sama, kembali datang membawa harapan, menyambung kehangatan yang pernah hilang Tiada ragu kembali ku menaruh harap, padamu yang ku cinta Fajar berganti rembulan Semua hanya tentang kita Hadirmu, bak pengangkat semesta Membuatku menjadi manusia seutuhnya Waktu, rasanya tak ingin ku beranjak, melewati keindahan cinta ku bersamanya Kisah cinta, lelaki yang selalu ku banggakan Memudar kian menjauhi pandangan Menghilang tanpa jejak kabar Tiba waktunya kembali pulang, kewajiban menjadi alasannya menghilang Ku terima, ku percaya Tak lama waktu berselang Wanita itu datang membawa kabar Kenyataan menyakitkan Kau yang menduakan cinta kita dengan dia, yang dulu kau sebut kenangan Akankah ada hati yang tegar menerima, janji diatas ingkar Akankah aku hanyalah pelampiasan, penyejuk hatimu kala duka Bunga mawar merah, cokelat yang kau hadiahkan Masihkah kau ingat? Kini telah layu berguguran, mencair bersama kenan

Pelengkap Rumpang

Awal kita dipertemukan Kini menempuh jalan memisah Awal kita begitu singkat Kini berakhir menyakitkan Hati yang kau titipkan, hanya serpihan yang tersisa Mati membusuk, membuatku kesakitan Intuisi tak rela melepas, iba melihatku yang kesakitan, kini menyerah pada keadaan Akankah kau mengingatnya Dedaunan pohon rindang disana, kini telah mengering berguguran Rembulan, bintang bertebaran Siklus semesta masih sama, kita yang beda Kini kau telah, memandang matanya menggenggam jemari tangannya menjaga hati yang berbeda dia pengabul asa yang tak mampu ku kabulkan Aku masih mengejar, puzzle pelengkap rumpang Kebahagiaan keluarga, bahagiaku kemudian Jika nanti seseorang tiba Mencintaiku dengan caranya Jika nanti aku pun demikian Tiada ragu terasa, siapa pun dia Dia yang ku cinta, bukanlah pelarian Dia lah pelengkap rumpang, cinta beralasan, teman ku menempuh kehidupan Gianyar, 12 Mei 2020 Filosofi: Kisah i

Memutus Layangan

Usai badai ini bersama kenangan bayangan diri ku kikis habis tanpa sesal di hati Sangat disayangkan, ku akui Logika ku kini tak kan kalah dengan intuisi Cinta, mungkin ini pertama kali meski tiada lagi Aku mengerti Kau yang kini bukan kekasih hati Aku pahami Semua salahku, egois mematahkan hati Memulai usahaku satu persatu Memori penghambat itu berlalu Waktu, memang tidaklah sedikit yang ku perlu, untuk merelakanmu Kesedihan tentang mu, biarlah berlalu seiring waktu Melepas cinta, seumpama sengaja memutus layangan Ku rakit sedemikian rupa Susah, gundah, bahagia Ku terbangkan menyentuh angkasa Ketiadaan angin tak membuatku goyah berlama-lama Meski diriku sendiri merasa bosan Berkali-kali ku pertahankan, karena rasa percaya yang melebihi logika Melihat benang kian kusut menipis melepaskan dirinya Ku kejar, ku terlambat Kau telah jatuh begitu jauh, di atap gadis yang berbeda Aku bahkan tak mampu meneteskan air mata Berusaha